Malam pun berkarat
titis-titis hujan dari pagi
angin mengusik kelam
tanpa bayang-bayang
Riuh cahaya dan bau menyambut kawan asing
asap jagung bakar dan bebola ikan
di pentas menderu warna-warna
sang nafiri menghidup panggung
kaki-kaki anak menyapa
Buaian melayang
larian budak-budak
taman permainan songsang waktu
buat si dara berbual galak dan
awang-awang yang memandang
Puteri Tujuh pun menyeru
melihat anak cucu-cucu
berterabur rahmat langit
menutup payung memadam api
pantai pun bersiul
memanggil anak kuala kembali ke tanah,
kembali ke rumah,
menyelimuti dirinya dengan
pintu tengkujuh rapat tertutup.
Kuala Terengganu
November 2012
Pembaca Beta “Raman dan Kultus Guruji”
3 days ago
2 comments:
Suasana sajak ini sangat sepi.
dan fad, saya suka sajak ini. :)
Logik akal bisa menepis, "Mana mungkin langit menabur rahmat tatkala taman permainannya songsang waktu?"
Namum dzat Tuhan itu bersifat Ar-Rahman, maka yang menyonsang, tersongsang, disongsang pun masih menerima nikmat (istidraj) di dunia ini...
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٲطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ
Post a Comment