Saya Sedang Membaca

The Consuming Fire oleh John Scalzi | Pemberontak Filem oleh Nasir Jani | The Prague Cemetry oleh Umberto Eco | Confessions of a Mask oleh Yukio Mishima | In Search of Modernity: A Study of the Concepts of Literature, Authorship and Notions of Self in "Traditional" Malay Literature oleh Hadijah Rahmat |
Showing posts with label Reinaldo Arenas. Show all posts
Showing posts with label Reinaldo Arenas. Show all posts

Wednesday, March 18, 2009

Mona And Other Tales


Tajuk: Mona and Other Tales
Oleh: Reinaldo Arenas
Terbitan: Vintage
Tahun: 2001

Sinopsis:
Kumpulan 14 cerpen dan esei penulis Latin terkemuka ini yang diiktiraf oleh Octavio Paz sebagai pembaca dan peminatnya membawa pelbagai rasa dan getir yang disulam dengan penulisan bergerak tanpa titik yang biasa buat sasterawan Latin. Tulisannya sewaktu remaja sehinggalah waktu-waktu akhirnya sewaktu sampai ke tanah Amerika diterbitkan dalam buku ini.

Rasa:
Sebenarnya buku ini lebih bersifat peribadi buat saya, memandangkan kebanyakan rasa yang dilalui Arenas dan ditulis di dalam cerpennya mencapai kemahuan dan prasedar saya sendiri. Buku ini, setentunya lebih tenteram buat peminat keras Arenas sahaja, memandangkan isu seks, kebobrokan manusia dan busuk dunia Fidel Castro (atau apa-apa pemerintahan kuku besi) dipaparkan di dalamnya. Malah, dengan licik dan comel, Arenas menggunakan kuasa senjata penulisan seksnya (penulisan seks di dalam novelnya merupakan senjata protesnya terhadap kuku besi dan 'munafik' pemerintahan Fidel Castro) di dalam bentuk lain di dalam cerpen Mona, di mana ia lebih berbentuk separa realisme magis, menolak politik dalam pengendalian fungsi seks tetapi mengemukakan tahap eskapis dan fantasi yang biasa tetapi tetap melucukan, sama nakal dan gelapnya seperti Potrait of Dorian Grey tetapi lebih berbentuk menyindir pemilihan seksual manusiawi.


Membaca The Empty Shoes pula, antara cerpen terawal Arenas memaparkan bagaimana tulisan lirikal Arenas terlahir dan memaparkan bakatnya mekar sejak awal lagi dalam menangkap tempo alam dan getir manusia yang culas di kelilinginya. Beberapa cerpen lagi tampak memberi sahut penghormatan atau "satira" terhadap beberapa karya penulis Latin, seperti penyambungan The House of Bernarda Alba karya Lorca.


Apabila saya membaca End of Story, jiwa yang dipaparkan memaparkan keberadaan saya dengan benar, saya tidak dapat berbuat apa-apa tetapi menangis:


"Despite my insistence - or perhaps because of it - you were unwilling to come here. You thought that what attracted me to this place was merely homesickness, the nearess to our island, and the loneliness, the discouragement, the sense of failure ..." hlm. 171.


" ... both of us begged you so many times to bring us to this place, and you did. Take him now to the other shore and lay him down gently on the place he hated so much, from which he managed to escape, and far away from which he could not go on living." hlm. 190.

Monday, April 2, 2007

Singing In The Well

Tajuk: Singing In The Well
Oleh: Reinaldo Arenas
Terbitan: Penguin
Tahun: 1990




Sinopsis:
The first in a series of five novels, based loosely on the author's own experience coming of age in Cuba just before the revolution. A poignant testimony to imagination, rich in details of rural life. By the author of "Before Night Falls."
Rasa:
Novel ini ialah novel pertama Reinaldo Arenas. Novel ini bukan sebuan novel yang senang dibaca. Anda akan teringat akan Jorge Luis Borges bila membaca novel ini (mainan pemecahan cerita yang berterabur di dalam satu bab, malah memang novel ini tidak ada bab yang persis). Lebih memeritkan, novel ini memaparkan hidup seornag budak kecil yang melarat di dalam sebuah rumah kampung di Cuba.
Apa yang berlaku ialah, demi melaui hidup yang siksa dan penuh kesusahan, diinjak dan dicerca kerana pengamatan budak itu (alter-ego penulis) terhadap alam dan kehidupun, budak itu berfantasi. Dan fantasi budak itu, seakan benar-benar berlaku, sangat menyentuh perasaan, menyeronokkan pada satu detik, dan tiba-tiba, bolah saja menyedihkan dan sangat menyeramkan. Semua perasaan ini penting, kerana Reinaldo mahu memaparkan 'kebenaran' kemanusiaan di mana manusia tidak boleh cantik dan sempurna sahaja, disaluti dengan nilai-nilai murni, tetapi manusia sebenarnya kotor, menakutkan dan penuh hiba. Tetapi yang paling penting, Reinaldo tidak pernah menuduh kenapa manusia siksa dan menyiksa, kerana itu adalah lumrah yang ada dalam kehidupan, baik sebuah keluarga atau negara.
Sebuah novel yang sangat mengharukan dalam tiap teksnya yang penuh emosi dan kekuatan perkataan.